Blog ini merupakan sarana bagi warga umat Stasi St. Kristoforus Matani Paroki St. Yoseph Pembantu Penfui Keuskupan Agung Kupang untuk membangun relasi secara internal maupun secara eksternal dengan sesama umat Katolik di mana pun berada. Dengan blog ini diharapkan warga umat Katolik dapat saling meneguhkan dan saling berbagi rasa antara satu dengan yang lain dalam terang iman Kristiani.
Sekilas Stasi St. Kristoforus Matani
Stasi Santu Kristoforus Matani adalah sebuah Stasi yang terletak di seputaran empat Seminari Tinggi dan satu Susteran, yaitu Seminari Tinggi St. Michael, Seminari Tinggi Claret, Seminari Tinggi Hati Kudus, Seminari Tinggi Karmel, dan Susteran RVM Matani. Stasi ini merupakan bagian dari wilayah Paroki Santu Yoseph Pekerja Penfui, Keuskupan Agung Kupang, Indonesia.
Stasi ini berdiri sejak Juni 2003, dan saat ini telah memiliki umat sebanyak 1.200-an orang atau 277 Kepala Keluarga. Perkembangan umat di Stasi ini cukup pesat, sehingga untuk memudahkan pelayanan umat, Stasi ini kemudian dibagi menjadi sebelas Kelompok Umat Basis (KUB), yakni: (1) KUB St. Michael, (2) KUB St. Gregorius Agung, (3) KUB St. Petrus, (4) KUB St. Ignasius, (5) KUB Sta. Gratia, (6) KUB Sta Lusia,(7) KUB Sta. Monika, (8) KUB Bunda Para Bangsa, (9) KUB Bunda Penolong Abadi, (10) KUB Stelamaris, dan (11) KUB Ratu Rosari.
Semula Stasi ini hanya bisa melayani umat di sebuah gubuk sederhana milik Bapak Emanuel Babu Eha yang berlokasi di seputaran KUB St. Michael. Selama bertahun-tahun Stasi ini bertahan di gubuk sederhana tersebut, dan kemudian Bapak Eman Babu Eha menghibahkan lagi tanah miliknya yang terletak di samping rumahnya untuk dibangun gedung Kapela permanent.
Sejak 1 Oktober 2006, gedung Kapela St. Kristoforus Matani ini mulai dibangun dengan ditandai upacara peletakan batu pertama oleh Wakil Gubernur Frans Lebu Raya dan disaksikan oleh Bupati Kabupaten Kupang Drs. A.I. Medah, dan Ketua DPRD Provinsi NTT Drs. Melkianus adoe. Sejak saat itu, umat di stasi ini begitu bersemangat untuk secepatnya memiliki sebuah Kapela permanent. Berbagai upaya dilakukan, mulai dari Gerakan Seribu (GESER), Gerakan Sukarela (GESUR), dan berbagai sumbangan dari luar dalam bentuk uang dan bahan bangunan.
Sekalipun demikian impian untuk memiliki Kapela permanent belum sepenuhnya terwujud, karena hingga saat belum rampung. Keterbatasan danalah yang membuat pembangunan Kapela ini tertatih-tatih. Umat di Stasi ini hanya bisa berharap kalau saja ada uluran tangan dari para demawan/i untuk merampungkan pemangunan Kapela ini.+++