Blog ini merupakan sarana bagi warga umat Stasi St. Kristoforus Matani Paroki St. Yoseph Pembantu Penfui Keuskupan Agung Kupang untuk membangun relasi secara internal maupun secara eksternal dengan sesama umat Katolik di mana pun berada. Dengan blog ini diharapkan warga umat Katolik dapat saling meneguhkan dan saling berbagi rasa antara satu dengan yang lain dalam terang iman Kristiani.

Jumat, 18 Oktober 2013

Stasi St. Kristoforus Matani Butuh Uluran Tangan Para Dermawan

STASI ST. KRISTOFORUS MATANI sebagai bagian dari Paroki St. Yoseph Pekerja Penfui, Keuskupan Agung Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), saat ini sedang membangun Kapela permanentnya. Sejak tahun 2006 gedung Kapela ini dibangun melalui swadaya umat dalam bentuk Gerakan Seribu (GESER) sehari per-Kepala Keluarga dan Gerakan Sukarela (GESUR) serta bantuan dari berbagai kalangan berupa dana dan bahan bangunan. Namun,  gedung Kapela tersebut belum juga rampung, karena terkendala dengan keterbatasan dana.

Harus diakui bahwa sebagian besar umat di Stasi Matani berpenghasilan di bawah rata-rata, sehingga sulit diharapkan untuk memberikan kontribusi dana yang melebihi batas kemampuan mereka dalam pembangunan Kapela ini. Umat di Stasi ini hanya memiliki semangat dan siap mendedikasikan tenaganya demi rampungnya Kapela ini.

Hingga saat ini pembungunan gedung Kapela Matani baru sampai pada tahapan pemasangan dinding tembok (termasuk pemasangan koseng pintu -  jendela) dan atap. Masih sangat banyak bagian pembangunan yang membutuhkan dana yang tidak sedikit, seperti plester dan oker dinding, pemasangan keramik, altar, balkon, menara Kapela, tangga depan dan samping, penataan halaman, pemasangan asesoris Kapela lainnya.

Oleh karena itu, melalui blog ini, umat Stasi St. Kristoforus Matani masih sangat membutuhkan uluran tangan dari semua pihak untuk merampungkan pembangunan Kapela ini. Sumbangan dari Bapak/Ibu/Saudara/i sekalian sangat berarti dalam meringankan beban  umat Stasi St. Kristoforus Matani untuk bisa merampungkan gedung Kapela ini. Dan, dalam ketidakberdayaan itu, umat Stasi ini hanya bisa berdoa semoga amal ibadah Bapak/Ibu/Saudara/i sekalian mendapat berkat melimpah dari Allah Bapak di Surga.

Bagi yang ingin mendapatkan informasi lebih jauh mengenai pembangunan Kepela St. Kristoforus Matani, dapat menghubungi: (1) Ketua Dewan Pastoral Stasi (DPS), Jemadu Petrus: Nomor HP +6285239467725; (2) Ketua I DPS, Karolus Kopong Medan: Nomor HP +6281339311463 dan alamat email komed2001@yahoo.com; dan (3) Ketua Panitia Pembangunan Kapela, Andre Parera: +6285253013180. Terima kasih, Tuhan berkati.+++

Bapak Uskup Agung Kupang di Tengah Kerumunan Umat Matani







Galeri Foto Misa Penerimaan Sakramen Krisma (4)





Galeri Foto Misa Penerimaan Sakramen Krisma (3)













Galeri Foto Misa Penerimaan Sakramen Krisma (2)








Galeri Foto Misa Penerimaan Sakramen Krisma (1)

















Koor Stasi St. Kristoforus Matani Saat Misa Penerimaan Sakramen Krisma





Mengenal Lebih Dekat Siapa Santo Kristoforus

Sebagai warga Katolik pada umumnya dan khususnya umat Katolik di Stasi St. Kristoforus Matani Paroki St. Yoseph Pekerja Penfui Keuskupan Agung Kupang, kita perlu tahu siapa sesungguhnya Santo Kristoforus. Berikut ini paparan singkat riwayat Santo Kristoforus yang kami kutip dari: “Straight Answers: St. Christopher the 'Christ Bearer'” by Fr. William P. Saunders; Arlington Catholic Herald, Inc; Copyright ©2005 Arlington Catholic Herald. All rights reserved; www.catholicherald.com. Artikel tersebut kemudian diterjemahkan oleh YESAYA dalam www.indocell.net/yesaya atas ijin The Arlington Catholic Herald. Berikut ini kutipannya.

 

KRISTOFORUS adalah seorang santo, yang wafat di Lycia di pantai selatan Asia Kecil sekitar tahun 251. Ada beragam legenda seputar hidupnya. Legenda yang paling populer adalah yang mengisahkan ia sebagai seorang yang agak buruk rupa, bertubuh raksasa, dan putera seorang raja kafir yang menikah dengan seorang perempuan Kristen yang berdoa kepada Bunda Maria memohon anugerah seorang anak. Semula Kristoforus bernama “Offerus”, yang saban hari bekerja membopong orang-orang menyeberangi sungai sebagai mata pencahariannya. Sumber lain juga menyebutkan bahwa ia bernama “Reprobus” sebelum dibaptis, dan kemudian mengganti namanya menjadi Kristoforus. 

Legenda tersebut mengisahkan bahwa suatu hari salah seorang kanak-kanak kecil yang minta diseberangkan sungai. Sementara Kristoforus memanggulnya, kanak-kanak itu semakin bertambah berat, hingga Kristoforus takut kalau-kalau mereka akan tenggelam. Kanak-kanak itu kemudian memaklumkan diri sebagai Yesus; beratnya beban diakibatkan beban dunia yang Ia panggul di atas pundak-Nya. 

Menurut Martirologi Romawi, Kristoforus menerima mahkota kemartiran pada masa penganiayaan oleh Kaisar Decius dengan anak-anak panah dibidikkan ke tubuhnya yang sebelumnya lolos dari aniaya api.   

Nama Kristoforus berarti “Pembawa Kristus”. Ia adalah santo pelindung mereka yang bepergian, teristimewa mereka yang mengendarai mobil. Popularitasnya semakin meningkat pada Abad Pertengahan. Namun demikian, bukti menegaskan adanya devosi yang tersebar luas bahkan sebelum masa ini. St Remigius dari Rheims dimakamkan pada tahun 532 dalam sebuah gereja yang dipersembahkan kepada St Kristoforus; Paus St Gregorius Agung (wafat tahun 604) menyebutkan dalam surat-suratnya adanya sebuah biara yang dipersembahkan kepada St Kristoforus; dan Brevir Mozarabic dan Missale St Isidore dari Seville (wafat tahun 636) memiliki sebuah ofisi khusus yang dipersembahkan kepadanya. 

St. Kristoforus teristimewa dihormati di Jerman Selatan, Austria dan Italia Utara (yang adalah bagian dari Kekaisaran Austria hingga sesudah Perang Dunia I) sebab ia termasuk seorang dari “Empatbelas Penolong Kudus,” yakni sekelompok santa dan santo yang dimohon bantuan doanya sejak abad keduabelas di wilayah-wilayah tersebut dan yang dihormati pada tanggal 8 Agustus. Keempatbelas Penolong Kudus itu adalah: St Dionisius dari Paris (sakit kepala dan rabies), St Erasmus atau Elmo (sakit perut dan kram), St Blasius (penyakit-penyakit tenggorokan), St Barbara (kilat, api, ledakan, kematian yang tiba-tiba dan tanpa persiapan), St Margareta (godaan nafsu dan kehamilan), St Katarina dari Alexandria (filsuf dan murid, serta tukang roda), St Georgius (para prajurit), St Achatius dan St Eustace (pemburu), St Pantaleon (tuberculosis), St Giles (epilepsi, sakit jiwa, dan kemandulan), St Cyriac (kerasukan setan), St Vitus (epilepsi), dan St Kristoforus (mereka yang bepergian). Kaum Dominikan Jerman menganjurkan penghormatan ini, teristimewa di Gereja St Blasius di Regensburg (± 1320).

Di samping itu, medali St Kristoforus dan patung serta medali mobil St Kristoforus masih dibuat dan digunakan oleh umat beriman hingga sekarang. Pesta St Kristoforus masih tetap dirayakan pada tanggal 25 Juli, dan teks Misa demi menghormati St Kristoforus dapat ditemukan dalam Misalle Romawi edisi 1962 yang masih berlaku untuk Misa Tridentine.  

Kebingungan atau keraguan mengenai apakah St Kristoforus masih seorang santo, muncul ketika Paus Paulus VI merevisi Kalender Liturgi di mana dicantumkan pesta-pesta para kudus yang dirayakan dalam Misa. Mempertimbangkan semakin bertambah banyaknya perayaan-perayaan dari abad ke abad, Konsili Vatican Kedua dalam “Konstitusi Liturgi Suci” menganjurkan, “Agar pesta para kudus jangan diutamakan terhadap hari-hari raya yang nmerupakan kenangan misteri-misteri keselamatan sendiri, hendaknya banyak di antaranya diserahkan perayaannya kepada masing-masing Gereja khusus atau bangsa atau tarekat religius. Hendaknya yang dirayakan oleh seluruh Gereja hanyalah pesta-pesta yang mengenangkan para kudus yang sungguh-sungguh penting bagi Gereja semesta” (No. 111).   

Berdasarkan pemikiran ini, suatu komisi khusus - Consilium - kemudian memeriksa kalender dan menghapus nama-nama para kudus yang dasar historisnya lebih berdasar pada tradisi daripada berdasar sejarah yang dapat dibuktikan, mengganti pesta-pesta tersebut dengan peringatan kematian atau kemartiran seorang kudus apabila mungkin, dan menambahkan peringatan para kudus yang dikanonisasi belakangan ini dan mendatangkan pengaruh pada Gereja universal. 

Di samping itu, konferensi waligereja dapat menambahkan ke dalam kalender universal, para kudus yang dipandang penting bagi umat beriman di negara mereka sendiri. Tidaklah mungkin Gereja “membatalkan kanonisasi” St Kristoforus atau siapapun juga, meski kurangnya bukti historis seputar hidup mereka. St Kristoforus masih tetap pantas mendapatkan devosi kita dan kita mohon bantuan doanya; masing-masing kita hendaknya mencamkan bahwa ia juga disebut sebagai “Pembawa Kristus”.+++